<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d12082299\x26blogName\x3dKliping+Media+Masa\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://klipingpribadi.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://klipingpribadi.blogspot.com/\x26vt\x3d4005961820355348538', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
Google  
Web    Images    GroupsNew!    News    Froogle    more »
  Advanced Search
  Preferences    
 Web Results 1 - 10 for Kliping Media Masa[definition].  
 
    
« Home

Posts

Top quality medicines for the best prices
Download our Casino and Win
Msg me asap
Re: Thank you, we are accepting your company busin...
perfectly crafted exclusive watches rolex
Some of the most competitive rates available
4 girls from our site want to meet you
exclusive watches, lowest prices possible rolex
ytre|y
Your order
 
     Archives
October 1987
February 1999
December 1999
January 2000
February 2000
June 2000
October 2000
December 2000
January 2001
February 2001
March 2001
July 2001
August 2001
January 2002
April 2002
June 2002
January 2003
February 2003
June 2003
July 2003
September 2003
October 2003
January 2004
May 2004
September 2004
April 2005
May 2005
June 2005
July 2005
August 2005
September 2005
October 2005
May 2006
July 2006
August 2006
September 2006
October 2006
November 2006
December 2006
May 2007
June 2007
July 2007
August 2007
September 2007
October 2007
November 2007
January 2008
 
     Links
Indonesia
English
Bebas Finansial?

Pencuri Hak Intelektual

Kompas - 27 Juni 2005


SETELAH pergolakan reformasi 1998, pada masa Presiden Abdurrahman Wahid, terjadi peristiwa langka tapi luput dari perhatian publik. Mulanya adalah ide kunjungan informal Perdana Menteri Israel kala itu, Yitzhak Rabin ke Gus Dur sebagai rekan intelektualnya. Ide itu tentu saja mendapat tentangan keras banyak pihak dan akhirnya teraborsi.

Pilihan itu bukan hanya cerdik, bervisi, dan srategis, tapi juga sudah mengandaikan keikutsertaan negara Timur Tengah itu dalam kompetisi kekuatan dan kekuasaan masa depan yang berbasis data.

Peradaban mutakhir memperlihatkan, adanya perseteruan hingga konflik fisik, persaingan usaha, dominasi satu negara pada negara lain, ditentukan oleh kemampuan satu negara mengakses dan mengoleksi data (lawan khususnya). Apa yang terjadi di Rusia, Eropa Timur, Irak, adalah bukti keampuhan data sebagai arsenal utama perang masa kini.

Maka terbayanglah apa yang hendak didapat Israel melalui misi dagangnya ke Indonesia. Karena kesadaran tentang kekuatan data memang rendah, akhirnya kita dibenturkan pada realitas baru bahwa siapa menguasai data, ia berkuasa.

Kita pun mafhum (sebagaiman biasanya), kita tidak cukup berdaya, lalu menerima kenyataan kita (sebagaimana biasanya) sebagai korban, dengan apologi bahwa itulah nature perubahan adap manusia. Mengenaskan. Memang.

SEBENARNYA, peristiwa di atas hanya runtutan atau kelanjutan dari kebijakan Menteri Perindustrian Tungky Ariwibowo di masa pemerintahan Soeharto. dalam pertemuan tahunan WTO di Singapura, ia menyetujui gerakan yang diprakarsai Amerika Serikat (AS) dan Jepang. Demi satu konsesi: AS dan Jepang berjanji tidak mengangkat keburukan perburuhan Indonesia, penahanan pemimpin serikat buruh, juga penganiayaan buruh pejuang di WTO. Kesepakatan itu berupa pasar bebas untuk produk informasi dan teknologi.

Luar biasa. Mengapa? Karena hampir semua negara menolak kesepakatan yang hendak dijejalkan dalam keputusan WTO itu. Seluruh negara Eropa tak ada yang tanda tangan. Begitupun negara ASEAN. Bahkan Menteri Industri Malaysia sempat menyindir keberanian Indonesia masuk kerangka penuh jebakan itu. Asal tahu saja, selain Jepang dan Amerika sebagai penggagas, hanya empat negara lain yang setuju kala itu: Kanada, Korea Selatan, Singapura, dan Taiwan, yang satelit kepentingan AS.

Akibat dari kebijakan di atas sudah dapat kita lihat belakangan ini. Bukan hanya industri teknologi-informasi dalam negeri perangkat lunak maupun kerasnya yang tergilas habis korporasi global, namun juga peluang mengalirnya data-data vital dan rahasia negeri ini, baik data politik, militer, ekonomi-bisnis, maupun kultural. Dengan dikuasainya database negeri ini, soal penyubordinasian atau penaklukan tinggal masalah waktu.

Selain itu, terdapat satu keributan kecil yang juga kurang terperhatikan, apalagi membayangkan dampak besarnya ke depan.

Belakangan ini, pengusaha warnet dan berbagai kantor besar di Indonesia resah karena ada rencana razia software oleh pihak kepolisian. Lebih dari 60 persen perangkat lunak di negeri ini memang ilegal.

Bahkan di bisnis warnet, statistik itu mungkin hampir 100 persen. Jika razia benar-benar dilaksanakan, sebagian besar usaha kecil itu akan gulung tikar. Bayangkan jika untuk satu PC saja, pengusaha warnet harus membayar 350 dollar AS demi satu software yang legal.

Namun, hal lain yang terbayang adalah penghasilan yang dapat berangka triliunan rupiah bagi Microsoft, korporasi global yang ditengarai berandil besar dalam aksi ini.

Memang di pasar hak intelektual Indonesia kerap masuk daftar maling alias negeri pencuri hak intelektual. Cap legam seperti ini dianggap sebagai satu hal wajar karena kita (mau tak mau) menerima standar hukum dan moral dunia baru. Standar, yang oleh para elite pun disadari, melulu direkayasa melalui penetrasi paham-paham kapitalisme, liberalisme, dan globalisme.

Rekayasa yang terjadi begitu intensnya, hingga kita jadi begitu mafhum dan ikhlas menjadi korbannya.

SOAL maling atau pencurian hak intelektual ini pernah memunculkan berbagai pembelaan, terutama mengenai karya-karya tertulis dan cetakan. Namun propaganda hebat yang disponsori korporasi global menggugurkannya.

Nyata sesungguhnya, kepentingan apa yang bersembunyi di balik propaganda anti pencurian hak-intelektual. Bukan hanya soal hak-hak para pekerja intelektual, tapi juga kepentingan bisnis triliunan dolar, pemberlakuan pasar bebas, hidup liberal beserta segala risikonya, dan pada akhirnya juga dominasi politik, ekonomi, militer, dan kultural oleh negara-negara produsen utama produk teknologi itu atas negara-negara konsumennya.

Kita tahu, negara-negara kapitalis kaya tersebut juga memiliki sejarah kolonialisme awal. Mereka, selama masa kolonial telah menjarah begitu luar biasa, bukan hanya sumber daya alam negara jajahannya, tapi juga produk budaya, yang tak lain adalah karya intelektual rakyat jajahan.

Museum-museum besar, perpustakaan-perpustakaan, pusat studi atau Universitas di Eropa dan Amerika, menyimpan karya-karya intelektual dari Asia, Afrika, atau Amerika Latin, dari masa purba hingga modern. Bahkan Neopoleon Bonaparte mengabadikan penjarahan ini dalam satu diorama tentang proses pencurian dan pemindahan megalit dari Mesir ke Perancis.

Megalit itu kini jadi landmark kota Paris. Maka kultur Eropa (dan barat pada umumnya) harus berterima kasih pada negara jajahannya karena mereka berkembang, bertambah kaya, antara lain dari penjarahan-penjarahan ini.

Sehingga kemudian muncul Matisse, Picasso, Debussy, hingga Peter Gabriel atau arsitektur posmodernis yang karya-karya monumentalnya berkat profit penjarahan di atas.

Kultur pop Amerika Serikat (AS) juga sebagai misal, sungguh-sungguh harus berterima kasih pada benua hitam Afrika atas kontribusinya membuat produk-produk budaya AS begitu hebat dan menghasilkan bisnis hiburan yang hanya bisa ditandingi bisnis senjata.

Maka sesungguhnya soal maling-malingan, soal curi-curian, sudah menjadi tabiat umum dari warga bumi. Kita, juga negeri berkembang lainya, tak dapat berbuat banyak ketika kekayaan intelektual nenek moyang menjadi harta warisan di negara maju.

Kita tahu, karya-karya intelektual yang dijarah itu benar-benar mengisap habis esensi atau substansi dari peradaban kita. Kita tinggal terima sisa, sehingga untuk mendapatkan substansi, mengetahui jati diri, kita pun harus bertanya pada mereka.

Kini, ketika kita hanya mengambil atau katakanlah mencuri software, yang sebenarnya cuma kulit dari karya intelektual bernama teknologi, kita sudah dikecam dan diancam habis-habisan.

Apa kita lalu kembali mafhum, dan menerima diri kita sebagai korban. Korban yang ikhlas?

Radhar Panca Dahana
Sastrawan
Pencuri Hak Intelektual - Sunday, June 26, 2005 -

brindisi with riverfront

Hello, Your refinance application has been accepted.
We are ready to give you a loan.
There is no obligation and this is a FREE quote
*Debt Consolidation.
*Refinancing.
*Second Mortgage.
*Equity Line of Credit.
*First Purchase.
Visit here for more information Expect to be contacted within 24 Hours.
brindisi with riverfront - Friday, June 17, 2005 -

misogynist than cavort

Hello, Your refinance application has been accepted.
We are ready to give you a loan.
There is no obligation and this is a FREE quote
*Debt Consolidation.
*Refinancing.
*Second Mortgage.
*Equity Line of Credit.
*First Purchase.
Visit here for more information Expect to be contacted within 24 Hours.
misogynist than cavort - Thursday, June 16, 2005 -

RE:

After just a month of taking Penis Enlarge Patch you will not recognize your dick in a mirror.

http://www.orbacs.hk/

RE: - -

Tekstil China Menyerbu seperti Tsunami

KOMODITAS tekstil dan produk tekstil yang berasal dari China sedang menjadi buah bibir di mana-mana di dunia, khususnya bagi mereka yang bergerak di bidang itu. Dari Asia ke Eropa, dari Amerika Serikat ke Kenya, semua menjerit dan tak kuasa menghadapi derap dari serbuan TPT China yang menggelas bagai roda buldoser.

Isu tekstil dan produk tekstil (TPT) asal China melejit sejak 1 Januari 2005. Kuota yang disusun tahun 1974 untuk memberi ruang bernapas bagi industri TPT di AS dan Uni Eropa (UE) sudah dibebaskan pada 1 Januari. Jauh hari sebelumnya sudah diingatkan, hati-hati dengan buldoser China! Hal itu kini seperti terbukti.

Soalnya, serbuan TPT asal China selama ini masih bisa diredam lewat pengenaan kuota. Namun, setelah 1 Januari 2005, kuota dibebaskan sehingga negara yang paling kuat dan bersaing akan tampil sebagai pemenang, dan itu adalah China.

Hongkong sudah lama merasakan dampak besar dari bangkitnya China menjadi pemain terdepan soal TPT. Pada dekade 1980-an, pabrik-pabrik TPT Hongkong sudah hengkang ke China karena biaya produksi yang murah. Di China investor asal Hongkong sudah mempunyai 77.000 pabrik. Kehadiran mereka telah mengubah secara dramatis kota Guangzhou di China selatan, yang awal dekade 1990-an masih ditumbuhi pepohonan dan kini menjelma menjadi pohon-pohon gedung pencakar. Hongkong dan Guangzhou sudah seperti menyatu dan tak bisa dipisahkan dari segi bisnis.

Gilasan roda buldoser China juga menggetarkan saraf ketakutan hingga ke Benua Afrika. Di pabrik TPT milik perusahaan Upan Wasana di Ruraka, yang berada di pinggiran Nairobi, ibu kota Kenya, ada sejumlah mesin yang terpaksa menganggur. Sebagian dari ruang-ruang untuk para pekerja di pabrik itu sudah sunyi senyap. Sebagian warga Kenya mengatakan, kesenyapan itu akibat "tsunami China". Upan Wasana tak mampu lagi bersaing di pasar Eropa dan AS dengan TPT asal China yang berharga murah.

Menurut Direktur Pelaksana Upan Wasana Bandu Udalagam, sekitar 275 dari 2.160 karyawan terpaksa dirumahkan karena pesanan dari AS telah anjlok selama empat bulan pertama tahun 2005. "Kami kehilangan pesanan karena biaya produk kami lebih tinggi daripada China. Perusahaan tak bisa bertahan lagi sehingga harus mengurangi karyawan," kata Udalagam. Hal serupa juga terjadi di tempat lain di Afrika.

Di AS, cerita serupa juga terjadi. Data-data menunjukkan defisit perdagangan AS untuk komoditas TPT sudah mencapai rekor pada tahun 2004, yakni 73,1 miliar dollar AS. TPT menyumbang 12 persen dari total defisit perdagangan AS yang 617,7 miliar dollar AS pada tahun 2004, juga sebuah rekor.

Pihak American Manufacturing Trade Action Coalition (AMTAC) mengatakan, peningkatan impor menyebabkan terus memudarnya kesempatan kerja di perusahaan AS yang bergerak di bidang TPT. Jumlah pekerja sudah turun dari 1,05 juta pekerja pada Januari 2001 menjadi 683.400 pekerja pada Januari 2005.

AMTAC mengatakan, faktor China merupakan perusak TPT di AS. China menyumbang 25,02 persen dari total impor TPT AS pada tahun 2004. Porsi itu naik sebesar 40,74 persen dibandingkan dengan porsi yang tercatat pada tahun 2003. "Jumlah ini memperlihatkan bahwa China, lewat praktik perdagangan yang tidak fair, sudah menjadi pemain dominan di pasar TPT AS," kata Auggie Tantillo, Direktur AMTAC.

Defisit perdagangan TPT AS dengan China naik 25,3 persen menjadi 17,5 miliar dollar AS pada tahun 2004. Tahun 2003 defisit serupa masih sebesar 14 miliar AS. Pada sejumlah kategori, ekspor China ke AS naik 700 persen sejak tahun 2001 saat China masuk anggota Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Karena itu organisasi perusahaan TPT AS telah melayangkan petisi kepada Pemerintah AS untuk meredam impor TPT China untuk kategori tertentu dengan membatasi impor menjadi hanya bisa tumbuh maksimal 7,5 persen dari total impor tahun 2004. "Itu penting untuk mencegah perusakan lebih lanjut pada TPT AS," kata Tantillo.

CHINA sangat tidak salah dengan memiliki komoditas TPT- nya yang murah. Hal itu disebabkan China memang memiliki upah buruh murah. Mengapa murah? Menurut Asian Labour pada tahun 2004, rata-rata upah buruh di pabrik sepatu di China yang dimiliki investor Hongkong, Taiwan, dan Korea Selatan rata-rata 4.340 dollar AS per tahun.

Namun, menurut survei Asian, gaji setingkat itu bukanlah merupakan gambaran gaji yang sebenarnya yang didapatkan buruh-buruh pabrik di China. Survei organisasi pekerja Asia itu menyebutkan, gaji sepertiga dari 4.340 dollar AS atau sekitar 1.400 dollar AS per tahun sudah dianggap sangat bagus di China. Itu artinya gaji di China sekitar Rp 1.000.000 per bulan sudah dianggap terbagus. Berarti, secara implisit gaji rata-rata pada umumnya di China jauh lebih rendah dari angka itu.

Lalu bandingkan dengan rata-rata gaji di AS yang setiap pekan mendapatkan antara 428 dollar AS hingga 829 dollar AS. Data ini adalah berdasarkan hasil survei Departemen Tenaga Kerja AS. Artinya, gaji tertinggi buruk untuk dua pekan di AS lebih kurang setara dengan gaji setahun di China.

Itu baru soal gaji. Jika disimak ke dalam pabrik-pabrik, karyawan China lebih rajin ketimbang karyawan di pabrik- pabrik di AS, yang banyak menuntut leisure time (waktu senggang).

Karena itu tak mengherankan jika produk-produk buatan China sangat murah di pasaran internasional. Tekstil adalah contoh dari produk murah China, yang selama empat bulan pertama tahun 2005 telah meningkat 29 persen di pasaran ekspor secara rata-rata.

Pada tahun 2004 saja total ekspor tekstil China mencapai 95 miliar dollar AS dan diperkirakan akan menjadi 100 miliar dollar AS pada tahun 2005. Demikian data berdasarkan informasi dari Wakil Ketua Kamar Dagang China untuk Urusan Ekspor dan Impor Tekstil Cao Xinyu.

UE juga turut merasakan gilasan buldoser TPT China. Ketua Komisi Perdagangan UE Peter Mandelson mengatakan, hasil penelitian menunjukkan adanya ancaman besar pada perusahaan di UE yang membuat t-shirt (kaus oblong) dan flax yarn (benang rajutan) yang terancam oleh China. Pemerintahan di EU kini berada di dalam tekanan untuk meredam impor China. Tekanan itu datang dari perusahaan di UE, yang khawatir akan kehilangan pekerjaan.

Sejauh ini UE sedang menyelidiki sembilan kategori impor TPT asal China. Dari hasil penyelidikan itu ditemukan bahwa penjualan t-shirts China ke UE naik 187 persen sejak 1 Januari 2005 dan penjualan flax yarn asal China naik 56 persen.

Berdasarkan aturan main WTO, UE bisa mengenakan pembatasan sementara untuk menghambat terjangan TPT China, 15 hari sejak pembicaraan formal. Untuk UE sudah mengenakan sementara pembatasan dengan alasan, impor TPT China telah menyebabkan disrupsi luar biasa.

Pengusutan atas dampak kerusakan dari serbuan TPT China di UE itu dimulai pada 29 April dan berlangsung selama 60 hari. Namun, UE sudah mengenakan keputusan untuk membatasi sementara impor TPT China untuk kategori tertentu sejak pertengahan Mei. Pembatasan sanksi itu bisa berlangsung hingga tahun 2005.

Hasil penelitian itu memperlihatkan TPT China memukul pesaingnya dari Yunani, Portugal, dan Slovenia pada khususnya. Produksi t-shirt di Yunani anjlok 12 persen setahun lalu, di Portugal anjlok 30-50 persen, dan Slovenia anjlok 8 persen.

Produksi dan penjualan flax yarn buatan UE anjlok seperempat dan pekerjaan hilang 13 persen. "Kenaikan pesat impor menyebabkan semua itu terjadi dan juga menghancurkan industri tekstil di sejumlah negara berkembang (pesaing China)," kata Mandelson.

Impor UE untuk t-shirts dari Pakistan, Sri Lanka, dan Banglades juga anjlok karena digilas produk China.

Namun perlu diingat, tidak semua jenis TPT menjadi keunggulan China. Peter Cunningham, Direktur Departemen Perdagangan North Carolina, mengatakan, sebenarnya masih tetap ada celah. Ia mengatakan, untuk TPT jenis nonwoven fabrics (TPT bukan tenunan), China sangat masih tertinggal jauh. Produk seperti itu masih menjadi keunggulan negara-negara industri.

"China menggusur pekerjaan di TPT berharga ’rendah’ dan masih ada kesempatan desain dan teknologi," katanya. Daya saing China sangat kuat pada biaya buruh murah untuk weaving (tenunan) atau stitching. Namun, untuk bidang yang menjadi keunggulannya, China sudah menjadi buah bibir yang menakutkan bagi siapa pun.

Di sisi lain, booming ekspor TPT China juga menjadi sumber rezeki bagi perusahaan pemasok teknologi. Mirco Bertocchi tidak menunggu apa hasil perdebatan antara China melawan AS dan UE di WTO. Dia terlalu sibuk menjual mesin pabrik tekstil buatan Italia ke perusahaan-perusahaan China.

"Jika Anda menangis, Anda tidak akan menyelesaikan persoalan," kata Bertocchi, manajer penjualan di Panter Textile Machinery, Gandino, di dekat kota Milan, pada 4 Juni saat menghadiri pameran di Shangtex Trade Show, Shanghai.

Sekitar 1.300 perusahaan dari AS, Eropa, Jepang, dan lainnya memamerkan mesin-mesin mereka. Mereka berharap pameran itu akan bisa jadi ajang penjualan bisnis jutaan dollar AS. Sementara perusahaan TPT di AS dan UE mengeluh para penjual mesin dari negara yang sama melihat potensi besar bisnis untuk produk-produk mereka.

Penyelenggara Shangtex mengatakan, jumlah yang mengikuti pameran meningkat pesat. Lokasi pameran memakan tempat seluas hanggar untuk tujuh pesawat besar. Gedung pameran diperluas 40 persen lebih besar daripada pameran serupa tahun lalu.

Panter telah menjual sekitar 1.800 mesin per tahun di China dan lepas dari kelesuan pasar di Italia sendiri.

"Di Eropa, kami tidak lagi menjual secara bagus seperti di tahun-tahun lampau. Jadi kami menjual produk kami ke Amerika Selatan, Taiwan, dan China" kata Bertocchi. "Bumi itu memang bundar," katanya. (REUTERS/AP/AFP/MON)
Tekstil China Menyerbu seperti Tsunami - Monday, June 13, 2005 -

Bukan Main, Pendapatan Para Eksekutif Properti

SEORANG direktur sebuah bank swasta nasional dan seorang general manager sebuah perusahaan agro industri Indonesia pekan lalu mencari informasi tentang pendapatan para eksekutif dan pialang properti. Kedua eksekutif tersebut mendengar bisik-bisik yang menyebutkan pendapatan para eksekutif dan pialang properti kini menduduki peringkat atas, lebih tinggi dibandingkan pendapatan para bankir, eksekutif di perusahaan industri dan farmasi.

MELALUI jaringan mereka yang luas, keduanya mengail data dari para pihak yang mengetahui pendapatan eksekutif perusahaan properti. Dari jaringan itulah mereka kemudian mendapat kenyataan mengejutkan bahwa pendapatan para eksekutif perbankan, industri dan farmasi, cukup jauh di bawah pendapatan para eksekutif dan broker (perantara) perusahaan properti kelas menengah ke atas.

Gambaran umumnya bisa seperti ini. Gaji awal para pemula perusahaan properti bervariasi antara Rp 2,5 juta sampai Rp 5 juta. Gaji manajer beragam antara Rp 7,5 juta sampai Rp 17 juta. Gaji para general manager (GM) berada dalam kotak Rp 20 juta sampai Rp 40 juta. Seorang direktur perusahaan properti mendapat gaji antara Rp 40 juta sampai Rp 60 juta. Lalu seorang chief executive officer (CEO) memperoleh gaji antara Rp 65 juta sampai Rp 110 juta per bulan.

Angka-angka di atas belum termasuk tunjangan hari raya, bonus per triwulan, komisi, dan dividen, sehingga pegawai di sejumlah perusahaan properti rata-rata menerima 18 bulan gaji per tahun. Selain itu, kelompok asisten manajer ke atas mendapat fasilitas mobil. Makin tinggi posisi staf atau eksekutif properti, makin luks fasilitas mobil yang diperolehnya. Di perusahaan properti berkelas, manajer senior sudah mendapat mobil Toyota Altis, direktur memperoleh mobil BMW Serie 5. Dan seorang CEO mendapat jatah BMW Serie 7 atau Mercedes S-Class. Bukan main!

PARA broker properti juga mencicipi manisnya bisnis properti tiga tahun terakhir. Pendapatan mereka tidak kalah fantastisnya dibandingkan para eksekutif yang ke mana-mana duduk di mobil mewah. Data berikut bisa menjadi parameter pendapatan mereka.

Seorang broker pemula individu rajin, dan bertipe petarung, mampu mendapatkan penghasilan bersih Rp 60 juta per bulan. Sementara broker senior yang mempunyai jaringan amat luas, bahkan mampu meraih Rp 100-an juta per bulan.

"Berapa besar penghasilan broker, banyak tergantung pada seberapa tangguh ia bergulat di lapangan. Kalau ia tabah, tahan banting, tahan risi, cerdas dan pandai meyakinkan konsumen, ia mempunyai modal kuat sebagai pialang yang hebat," ujar seorang broker properti di Jakarta, Betta Harjuli.

Kriteria lain, katanya, ia harus mempunyai jaringan orang berduit yang amat luas. Jadi kalau ia hebat di lapangan, ia minimal memperoleh Rp 65 juta per bulan. Apabila jaringannya canggih, pendapatannya bisa mencapai Rp 100-an juta.

Seorang direktur sebuah perusahaan broker menyebutkan, kalau bekerja dengan sedikit rileks, ia minimal memperoleh Rp 90 juta per bulan. Kalau ia bekerja di atas ukuran normal, pendapatannya bisa mencapai Rp 200 juta per bulan. Pendapatan ini jauh di atas pendapatan para CEO bank swasta nasional maupun para direktur utama bank milik negara. Gaji dan tunjangan untuk menteri, presiden, wakil presiden.

Pertanyaan yang relevan diajukan, dari mana dan bagaimana para broker tersebut memperoleh pendapatan sedemikian tinggi? Suhandi, broker independen, menyatakan, para broker memperoleh fee sekian persen dari penjualan apartemen atau township. Besaran fee biasanya bervariasi antara 2,5-3 persen dari nilai jual apartemen. Kalau nilai jual apartemen Rp 3 miliar per unit, maka ia maksimal memperoleh pendapatan Rp 90 juta. Menjual lima unit apartemen sebulan ia memperoleh Rp 450 juta.

Seorang broker independen yang enggan disebut namanya menyatakan, ia bahkan pernah bekerja mati-matian, tidak kenal waktu, dan mampu menjual 10 unit apartemen dalam sebulan. Agar tidak terganggu oleh kemacetan, ia menggunakan sepeda motor untuk beroperasi. "Tidak selalu bernasib mujur. Tetapi, kalau nasib lagi berpihak pada kita, kadang kala rezeki nomplok yang datang amat hebat," katanya.

Demikian hebatnya kilau pendapatan para broker papan atas properti menyebabkan sejumlah warga dari profesi lain pindah ke profesi broker properti. Kalangan yang masuk ke dunia broker ini di antaranya dari profesi dokter gigi, dokter umum, arsitek, insinyur sipil, guru, dan advokat. Mereka merasa cukup nyaman bekerja sebagai broker individu, broker yang masuk dalam agen tertentu. Mereka merasa masuk ke dunia yang lain sama sekali. Mereka kemudian mampu berkompetisi dengan para broker senior karena mereka mempunyai jaringan relasi yang amat luas. Juga keuletan dan kecerdasan rata-rata dan di atas rata-rata.

Dengan situasi seperti ini, pada tahun-tahun mendatang pekerjaan broker properti, baik yang bekerja secara individu, masuk dalam agen, atau bekerja berkelompok, akan makin berkembang.

Gambaran tentang profesi broker yang berkembang dapat dilihat di Singapura. Para dokter dan ahli hukum banyak yang pindah ke dunia broker properti. Salah seorang di antaranya adalah dokter St Quek yang kini memimpin perusahaan properti yang bergengsi di Singapura. Dr Quek pula yang berjasa membimbing banyak broker kampiun Singapura dan Indonesia.

Di Indonesia sudah kerap terjadi seorang CEO perusahaan raksasa bersedia pindah ke perusahaan properti besar. Selain pendapatan lebih besar, mereka memburu tantangan pekerjaan yang lebih menuntut kreativitas dan langsung berhadapan dengan publik.

BAGAIMANA dengan gaji atau pendapatan para pegawai bank? Menurut data sementara yang diperoleh dari para bankir, gaji teller bank biasanya antara Rp 1 juta sampai Rp 2 juta per bulan. Gaji manajer antara Rp 4 juta sampai Rp 8 juta. Gaji general manager antara Rp 12 juta sampai Rp 25 juta. Dibandingkan dengan pendapatan para staf perusahaan properti, gaji para pegawai bank, termasuk bank asing, serta gaji para eksekutif perusahaan industri yang terkenal tinggi, masih kalah besar dibanding para staf perusahaan properti.

Bagaimana tanggapan para eksekutif perusahaan properti?

"Biasa saja," ujar Giat Susanto, seorang GM sebuah perusahaan properti yang sedang berkibar. Menurut Giat, dengan pendapatan per bulan yang untuk ukurannya sangat mentereng, ia berhak meraih hidup nyaman. Namun, ia menepis semua bayangan kenyamanan itu dan memilih hidup sederhana. Ia menyadari bahwa hidup teratur dan disiplin dalam hal anggaran akan membuat ia aman di hari tua. Maka Giat tidak larut dalam sikap hedonis seperti ditunjukkan sebagian eksekutif lainnya. Disiplin dalam hal anggaran juga memungkinkan ia mempunyai deposito, dan mampu menyekolahkan anak-anaknya di sekolah papan atas dalam hal mutu pelajaran.

Eksekutif properti lainnya, Veriansyah M, diberi kepercayaan menjadi direktur eksekutif sebuah perusahaan properti amat besar di Jakarta. Gaji pokoknya mencapai Rp 60 juta per bulan. Tetapi, ia juga tak hidup berlebihan. Ia memilih tinggal di apartemen. Pakaian dan sepatunya dari kelas menengah, bukan papan atas. Jika ke restoran, dalam ukuran yang juga sederhana. "Saya menikmati hidup dengan cara seperti ini," tutur Veriansyah yang ke mana-mana menggunakan mobil BMW Serie 5. Mengenai gaji dan bonusnya yang amat besar, Veriansyah menganggapnya sebagai sebuah kewajaran.

Tingginya pendapatan para pekerja di ladang properti seperti memberi peneguhan bahwa bisnis ini memang tengah naik daun. Para pengembang, terutama pengembang papan atas, terkesan berlomba memburu para pekerja properti andal. "Kalau Anda bekerja untuk dia akan memperoleh sekian juta rupiah, tetapi kalau dengan perusahaan kami Anda akan meraih kenikmatan yang lebih hebat," begitu antara lain bujuk rayu para pemburu pekerja properti.

Pihak yang diuntungkan tentu saja para pekerja properti itu. Jika mempunyai reputasi dan jam terbang tinggi, mereka akan memperoleh pendapatan yang sangat tinggi. Tidak heran kalau banyak warga dari disiplin ilmu lain pindah ke sektor properti.

Namun, di balik gemerlap properti ada hal yang mesti mendapat perhatian para eksekutif properti. Yakni bahwa bisnis properti tidak selamanya mengilap. Ada masa-masa dalam siklus tertentu bisnis yang membutuhkan modal besar ini ibarat lesu darah. Pasar sepi dan sejumlah proyek harus dikerjakan secara bertahap atau bahkan dihentikan sama sekali. Krisis ekonomi Indonesia yang amat buruk antara tahun 1997-2000 bisa menjadi pelajaran berharga. Di era itu, cukup banyak pengusaha besar Indonesia yang ikut terjun ke bisnis properti, lalu terjerembab dan sampai saat ini belum mampu menunjukkan kinerja hebat.

Sangatlah bijaksana kalau para pengembang, eksekutif dan broker properti melihat masalah tersebut sebagai hal yang sangat serius, dan oleh karena itu membuat prediksi atau perencanaan perusahaan secara amat matang. Dan meski properti sedang lesu darah, perusahaan properti tetap mampu bertahan, begitu pula para pekerjanya.

Para pemain properti Amerika Serikat, Australia, Asia Timur, dan sebagian Asia Tenggara, termasuk Indonesia, sudah melakukan hal tersebut. (Abun Sanda)
Bukan Main, Pendapatan Para Eksekutif Properti - -

DVD vs Blu Ray

http://www.kompas.com/teknologi/news/0404/20/140933.htm
http://www.kompas.com/teknologi/news/0409/29/165937.htm
http://www.kompas.com/teknologi/news/0504/24/210043.htm
http://www.kompas.com/kompas%2Dcetak/0505/06/muda/1732647.htm
http://www.kompas.com/teknologi/news/0505/30/111718.htm
DVD vs Blu Ray - Monday, June 06, 2005 -

“Money Game” di Internet

Pikiran Rakyat - 05 Juni 2005


MONEY game, tak hanya melanda dunia nyata, di dunia maya pun hal serupa dengan model ini banyak terjadi. Bahkan kondisinya lebih rawan karena transaksi dilakukan nyaris tanpa bukti. Kalau dilakukan melalui ATM masih menyisakan bukti berupa printout slip transfer.

Pesan berantai di internet bisa kita temui di kotak surat elektronik. Mungkin kita suka kesal dengan adanya e-mail yang tidak dikenal, tidak hanya satu bahkan puluhan hingga ratusan yang menawarkan keuntungan ribuan dolar, bak tamu tak diundang mampir ke kotak surat elektronik yang sebenarnya privacy. Cara tersebut juga merupakan salah satu praktik pemasaran di internet.

"Spam atau unsolicited e-mail merupakan cara promosi yang tidak profesional. Saya sangat tidak menyarankan cara seperti ini. Banyak orang Indonesia tidak mengerti spam itu apa. Spam bisa diartikan mengirim e-mail promosi secara sembarangan. Maksudnya orang yang dikirim e-mail tersebut sama sekali tidak pernah meminta informasi lewat e-mail tersebut," kata penerima Anugerah Kartini 2005, Anne Ahira.

Akhirnya banyak orang yang menjadi skeptis terhadap MLM atau bisnis network marketing. Padahal, potential earning untuk bisnis ini sangat baik kalau tahu cara memasarkannya. "Banyak orang gagal, karena itu tadi, mereka menjual bisnis ini kepada orang yang salah atau cara me-market-nya juga salah," tambah CEO asian Brain.com.

Padahal, lanjutnya, di internet sebenarnya banyak peluang usaha dengan segmen dan target market yang lebih luas, bahkan menjangkau seluruh dunia.

"Kenapa masih banyak orang memandang sebelah mata pada network marketing business? Katanya karena si upline mencari keuntungan dari downline. Bila demikian kenapa tidak kita melihat keuntungan untuk si downline? Misalnya diibaratkan dia bekerja sebagai karyawan untuk suatu perusahaan, apa ini tidak berarti dia memberi keuntungan untuk si pemilik perusahaan? Lalu, apa bedanya dengan upline yang mendapat untung dari downline?" ujar anak kedua dari 3 bersaudara ini.

Yang pasti, bedanya kalau di perusahaan, kata Hira, kita tidak punya kesempatan yang sama dengan teman-teman atau bos kita untuk menjadi pimpinan perusahaan atau pemilik perusahaan, tapi di network marketing, siapa pun, kapan pun join-nya, asal mau berusaha, bisa berhasil dan berada di posisi puncak.

"Di internet sebenarnya banyak sekali network marketing program, mungkin ada ribuan. Asal tahu saja, kurang dari satu tahun saya ikut network marketing online tapi downline saya sudah tersebar di 5 benua, tepatnya di 85 negara. Omzet saya per bulan sudah ribuan dolar. Tidak ada satu pun di antara ribuan downline saya adalah kerabat dekat seperti tetangga, keluarga, teman, atau saudara. Sebaliknya, setelah saya berhasil, mereka datang sendiri," imbuhnya.

**

BISNIS di internet yang serupa dengan arisan berantai atau money game, sangat banyak. Untuk itu masyarakat harus jeli karena boleh jadi dalam penawaran tersebut benar-benar internet marketing, di mana ia sebenarnya sedang malakukan mata rantai distribusi, maupun media penyampai pesan (promosi).

Anne, internet marketer asal Indonesia yang disejajarkan dengan 30 internet marketer kelas dunia, memberikan contoh, bila kita menjual sebuah buku secara langsung ke pembeli, mendapat keuntungan 60-70 %. Dalam sistem network biasanya kita tidak langsung menjual ke konsumen akhir, melainkan menggunakan orang lain sebagai mata rantai. Keuntungan yang 60-70% tadi otomatis akan dibagikan pada rantai-rantai (downline) yang berhasil menjualnya langsung kepada konsumen akhir. Pembawa informasi atau perekrut downline tersebut (upline) sebagai tangan pertama yang menawarkan produk tersebut tentunya mempunyai hak atas keuntungan penjualan dari downline-nya.

Untuk membedakan apakah itu money game atau bukan mudah saja, bila pembagian keuntungan tak terbatas dalam rantai network marketing itu, sudah bisa dipastikan itu adalah money game. Bisa kita hitung sendiri, bila keuntungan dari menjual sebuah buku itu 1.000, kemudian keuntungan yang dibagikan 1.100, dari mana untuk menutupi kelebihan komisi tersebut. "Artinya bila level rantainya tak terhingga, pembayaran komisi bisa lebih besar dari yang tersedia," kata Anne.

Belajar dari pengalamannya, Anne memberi tahu persiapan apa yang harus dimiliki sebelum "membuka usaha" di internet.

1. Memiliki akses ke internet. Kalau bisa jangan sampai pakai warnet (warung internet), karena akan banyak data yang harus disimpan atau alat marketing yang harus di-install. Itu tidak bisa dilakukan di warnet.

2. Mengerti cara mengoperasikan komputer. Tidak perlu jadi ahli komputer, paling tidak tahu cara kirim e-mail, browsing, copy/paste.

3. Mengerti bahasa Inggris, namun tidak dituntut untuk mahir menguasainya, karena bisnis yang dijalankan itu adalah bisnis international.

4. Siap mental. "Banyak orang berpikiran saya menghasilkan ribuan dolar seperti magis. Wush...abrakadabra! dan ribuan dolar pun datang! Mana ada seperti itu! Akan ada saatnya Anda merasa frustrasi. Mungkin mengeluh, kenapa kok saya belum berhasil saja ya? Anda keluar uang, tapi tidak menghasilkan. Lalu Anda menyerah! Itu salah. Pada saat Anda merasa frustrasi, itu sebenarnya temporary defeat. Kalau Anda terus mengerjakan bisnis ini dengan rajin, evaluasi dan belajar dari kesalahan, berjalan terus pada track yang benar, Anda bisa pensiun kurang dari 5 tahun! Serius!" tandas Anne.

5. Siap dengan dana. "Banyak orang berpikiran, kita bisa dapat uang dari internet dengan gratisan. Wah mana ada seperti itu, It takes money to make money." Saya belum pernah mendengar ada orang menjadi kaya dengan cara yang gratisan di internet," katanya.***

{Jalu}

Berita Terkait:

Hikmah PR - 05 Juni 2005 Index Page

Arisan Berantai Cenderung Merupakan Penipuan
Merusak Citra “Network Marketing”
Lebih Baik Berwirausaha
Tidak Menguntungkan


“Money Game” di Internet - -

Result Page: 

 
















































 


 

Search within results | Language Tools | Search Tips | Dissatisfied? Help us improve


Google Home - Blogger - Blogger Templates

© 2005 Kliping Media Masa